CLICK HERE FOR FREE BLOGGER TEMPLATES, LINK BUTTONS AND MORE! »

Selasa, 26 Februari 2013

PRINSIP PENDIDIKAN KARAKTER ISLAMI

Pendidikan karakter adalah sesuatu yang baik. Dalam Islam, karakter identik dengan akhlaq, yaitu kecenderungan jiwa untuk bersikap/bertindak secara otomatis. Akhlaq yang sesuai ajaran Islam disebut dengan akhlaqul karimah atau akhlaq mulia (Mohamed Ahmed Sherif, Ghazali’s Theory of Virtue, 1975), yang dapat diperoleh melalui dua jalan. Pertama, bawaan lahir, sebagai karunia dari Allah. Contohnya adalah akhlaq para nabi. Kedua, hasil usaha melalui pendidikan dan penggemblengan jiwa (SM Ziauddin Alavi, Muslim Educational Thought in The Middle Ages, 1988).

Berdasarkan pengkajian penulis terhadap konsep akhlak Islam yang berlandaskan nash al-Quran dan hadits Nabi serta konsep karakter dalam tradisi empiris-rasional Barat, program pendidikan karakter yang baik seyogyanya memenuhi enam prinsip pendidikan akhlaq, yaitu:
  • Menjadikan Allah Sebagai Tujuan
Perbedaan mendasar antara masyarakat sekular dengan Islam terletak pada cara memandang Tuhan. Masyarakat sekular hanya mengimani “ide ketuhanan” karena ide ini berpengaruh baik bagi perilaku manusia. Mereka tidak ambil pusing apakah yang diimani benar-benar wujud atau sekedar khayalan (Muhammad Ismail, Bunga Rampai Pemikiran Islam, 1993). Sebuah penelitian menunjukkan, 80% responden menyatakan bahwa mencuri tetap salah sekalipun diperintahkan Tuhan (Larry Nucci, Handbook of Moral and Character Education, 2008). Kaum secular mengurung agama dalam interpretasi kemanusiaan. Agama versi sekular tidak dapat menjelaskan keajaiban yang dialami Nabi Ibrahim tatkala menerima wahyu untuk menyembelih putranya.
Islam mengimani Allah sebagai Tuhan yang wujud sehingga ketaatan kepadaNya menjadi mutlak. Islam bukanlah agama sekular yang memasung agama dalam dinding kehidupan privat. Agama tidak diakui sekedar diambil manfaatnya. Agama merupakan penuntun kehidupan dunia menuju keridhaan Allah. “Dan aku tidak menciptakan jin dan manusia melainkan untuk beribadah kepada-Ku.” [QS. al-Dzaariyaat 56]
                Keridhaan Allah merupakan kunci sukses kehidupan. Ilmu, kecerdasan, maupun rizki hanya mungkin dicapai apabila Allah menganugerahkannya kepada manusia (Zibakalam-Mofrad, 1999; Alavi, 1975). Untuk menggapai keridhaan Allah inilah, manusia wajib menghiasi diri dengan akhlaq mulia (Sherif, 1975).
  • Memperhatikan Perkembangan Akal Rasional
Perilaku manusia dipengaruhi oleh pengetahuan dan pemahamannya tentang hidup (an-Nabhani, 2002). Pendidikan karakter tidak akan membawa kesuksesan apabila murid tidak memahami makna-makna perilaku dalam kehidupannya. Untuk itu, Islam sangat menekankan pendidikan akal. Allah Swt menyebutkan keutamaan orang-orang yang berpikir dan mempunyai ilmu dalam berbagai ayat, salah satunya adalah QS. at-Thariq [86] ayat 5 (yang artinya): Maka hendaklah manusia memperhatikan (sehingga memikirkan konsekuensinya) dari apakah dia diciptakan?
Akal adalah alat utama untuk mencapai keimanan. Akal harus diasah dengan baik sehingga manusia memahami alasan perilaku baiknya. Pada tahap awal pendidikan, anak-anak memerlukan doktrinasi. Orang tua tidak boleh membiarkan mereka memukul teman atau bermain api walaupun mereka belum memahami alasan pelarangan itu. Namun, sejalan dengan usia, akal manusia mulai mempertanyakan alasan rasional. Keingintahuan ini tidak boleh diabaikan. Salah satu cara untuk mengasah akal adalah dengan perumpamaan dan dialog (Abdullah Nasih Ulwan, Pendidikan Anak Dalam Islam, 1995). Rasulullah Saw sering melakukan dialog dengan para sahabatnya dalam rangka mengasah kemampuan akal mereka. Salah satunya tergambar dalam hadist berikut: “Apakah pendapat kalian, jika sebuah sungai berada di depan pintu salah satu dari kalian, sehingga ia mandi darinya sehari lima kali; apakah akan tersisa kotoran pada badannya?” Para sahabat menyahut, “Tidak sedikit pun kotoran tersisa pada badannya.” Nabi melanjutkan, “Demikianlah seperti shalat lima waktu, dengannya Allah menghapus kesalahan-kesalahan.” [HR. Muslim]
Dialog antara pendidik dan anak didik harus selalu dipelihara. Pendidik harus cerdas sehingga mampu mengimbangi pertanyaan-pertanyaan dari anak didik. Pendidik memberikan kesempatan kepada anak didik untuk memikirkan persoalan yang dihadapi dan mengarahkannya pada solusi Islam.
  • Memperhatikan Perkembangan Kecerdasan Emosi
Perilaku manusia banyak terpengaruh oleh kecenderungan emosinya (Elias dkk, 2008; Narvaez, 2008). Pendidikan karakter yang baik memperhatikan pendidikan emosi, yaitu bagaimana melatih emosi anak agar dapat berperilaku baik. Penelitian menunjukkan bahwa program pendidikan karakter yang efektif harus disertai dengan pendidikan emosi (Elias dkk, 2008; Kessler & Fink, 2008).
Ketika seorang pemuda datang meminta ijin berzina, Rasulullah Saw tidak menghardik pemuda ini atas kegagalannya memahami larangan zina secara kognitif. Nabi Saw menyentuh faktor emosinya dengan mengatakan, “Sukakah dirimu jika seseorang menzinai ibumu?” Sang pemuda menjawab, tidak. Maka Nabi mengatakan, “Sama, orang lain juga tidak suka ibunya kamu zinai. Sukakah dirimu jika seseorang menzinai putrimu?” Sang pemuda terkejut dan secara tegas menolaknya. Nabi Saw melanjutkan, “Sama, orang lain juga tidak suka jika putrinya kamu zinai.” Nabi Saw memahami gejolak sang pemuda dan memilih menyentuh faktor emosinya. Sang pemuda diarahkan untuk merasakan bahwa apa yang hendak dilakukannya akan menyakiti orang lain.
Pembangunan kecerdasan emosi juga Rasulullah Saw lakukan melalui upaya meningkatkan kedekatan hamba kepada Allah Swt. Disebutkan dalam sebuah hadits qudsi: “Jika seorang hamba bertaqarrub kepadaKu sejengkal, Aku mendekatinya sehasta. Jika ia mendekatiKu sehasta, Aku medekatinya sedepa. Jika ia mendekatiKu dengan berjalan, maka Aku mendekatinya dengan berlari.” (Shahih Bukhari)
Kecerdasan emosi anak didik harus mendapatkan perhatian. Emosi anak yang ditekan dapat menjadikan anak tumbuh sebagai individu yang masa bodoh (al-Naqib, 1993). Kehebatan akal yang tidak didukung dengan kecerdasan emosi menyebabkan manusia melakukan tindakan spontan yang bertentangan dengan rasional dan nilai-nilai akhlaq.
  • Praktik Melalui Keteladanan dan Pembiasaan
Lingkungan masyarakat yang mempraktikkan akhlaqul karimah merupakan bentuk keteladanan dan pembiasaan terbaik. Penelitian menyebutkan bahwa perilaku anak lebih ditentukan oleh lingkungannya daripada kondisi internal si anak (Leming, 2008). Keteladanan dan pembiasaan merupakan faktor utama dalam mengasah kecerdasan emosi (Narvaez, 2008).
Dalam mendidik karakter umat Islam, Rasulullah Saw menjadikan dirinya suri teladan terlebih dahulu sebelum menuntut umatnya mempraktikkannya. Prinsip inilah yang harus dipegang teguh oleh para pendidik. Bahkan, para teladan harus menunjukkan kebaikan yang lebih besar dari apa yang dituntut atas anak-anak sehingga anak-anak menjadi lebih termotivasi dalam menjalankan kebaikan.
Keteladanan Rasululullah Saw ditegaskan Allah Swt dalam firmanNya di Surat al-Ahzab ayat 21: Sesungguhnya telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagimu (yaitu) bagi orang yang mengharap (rahmat) Allah dan (kedatangan) hari kiamat dan dia banyak menyebut Allah.
Dalam kehidupan sehari-hari, Rasulullah Saw selalu berpegang teguh kepada perilaku terpuji sesuai ajaran Islam, sehingga Aisyah ra. menyatakan: “Akhlaq Rasulullah Saw adalah (sesuai) al-Qur’an.” (HR. Muslim)
Selain memberikan keteladanan, Rasulullah Saw menyuruh para orang tua untuk membiasakan anak-anak menjalankan perintah agama sejak kecil, walaupun mereka baru terkena beban agama setelah baligh. Dalam sebuah hadist Nabi Saw bersabda: “Perintahkanlah anak-anak kalian untuk melaksanakan shalat apabila sudah mencapai umur tujuh tahun, dan apabila sudah mencapai umur sepuluh tahun maka pukullah mereka apabila tidak melaksanakannya, dan pisahkanlah mereka dalam tempat tidurnya.” (HR. Abu Daud & al-Hakim)
Rasulullah Saw memberikan keteladanan sekaligus membiasakan perbuatan baik melalui penerapan Islam dalam kehidupan bermasyarakat. Larangan zina, misalnya, didukung dengan langkah-langkah untuk menjauhkan manusia dari berzina, seperti larangan untuk berdua-duaan, kewajiban untuk menutup aurat, serta pelaksanaan hukuman bagi pelaku zina.
  • Memperhatikan Pemenuhan Kebutuhan Hidup
Karakter tidak dapat dilepaskan dari pemenuhan kebutuhan dasar manusia. Seseorang yang beristri lebih mudah untuk menghalau keinginan berzina daripada mereka yang membujang. Seseorang yang kenyang akan terhindar dari mencuri makanan. Tindakan kriminalitas sering terjadi akibat tekanan kebutuhan.
Islam memerintahkan negara untuk menjamin kebutuhan pokok masyarakat. Apabila seseorang tidak mampu mendapatkan pekerjaan sendiri, maka negara wajib menyediakan lapangan pekerjaan untuknya. Apabila seseorang tidak mampu bekerja (cacat, tua, gila, dsb) maka Islam mewajibkan keluarganya untuk menanggung hidupnya. Apabila keluarganya tidak mampu atau tidak memiliki keluarga, maka Islam mewajibkan negara untuk mengurusi segala keperluannya (Abdul Aziz Al-Badri, Hidup Sejahtera dalam Naungan Islam, 1995). Rasulullah Muhammad Saw bersabda: “Barangsiapa mati meninggalkan harta, maka itu hak ahli warisnya. Dan barangsiapa mati meninggalkan keluarga yang memerlukan santunan, maka akulah penanggungnya.” (HR. Muslim)
Jaminan atas kebutuhan dasar hidup memberikan rasa aman bagi tiap-tiap individu dalam masyarakat. Masyarakat tidak lagi perlu khawatir biaya sekolah anak cucunya sehingga menumpuk harta melebihi kebutuhannya, bahkan dengan cara-cara tidak halal. Masyarakat lebih rela mengantri apabila ada jaminan bahwa mereka yang mengantri tidak akan kehabisan sembako, tiket, atau kursi. Penumpang pesawat terbang bersedia mengantri dengan tertib karena jatah kursinya sudah terjamin. Penumpang kereta ekonomi tidak mau mengantri karena mereka harus berebut kursi.
  • Menempatkan Nilai Sesuai Prioritas
Pendidikan karakter seringkali tidak efektif karena ada perbedaan prioritas dalam memandang nilai. Ada seorang siswa laki-laki sekolah menengah trauma ke sekolah akibat digundul secara paksa oleh gurunya. Perbedaan persepsi rambut panjang bahkan pernah berujung menjadi tawuran antara orang tua murid dengan guru
Islam memiliki konsep prioritas perbuatan, yang terbagi dalam 5 (lima) kategori, yaitu wajib, sunnah, mubah, makruh, dan haram. Penilaian moralitas tidak terlepas dari kelima tingkatan prioritas ini. Islam tidak melarang laki-laki berambut panjang, namun mewajibkan merapikan dan menjaga kebersihannya (Sayyid Sabiq, Fiqih Sunnah Jilid 1, 2011). Dalilnya adalah kisah Abu Qatadah ra. yang memiliki rambut panjang dan menanyakan kebolehannya kepada Nabi. Beliau Saw menyuruhnya untuk merapikan dan menyisirnya setiap hari.
Pendidik wajib mengetahui kedudukan tiap-tiap perbuatan sebelum mengambilnya sebagai aturan kedisiplinan. Dalam wilayah yang sunnah, mubah, dan makruh, apabila ada hal yang ingin dijadikan aturan kedisiplinan, maka pendidik harus mengkomunikasikan dan mengikutsertakan anak-anak dalam membuat keputusan sehingga mereka memaklumi manfaat aturan tersebut bagi kelangsungan komunitas dan menjalankannya secara bersungguh-sungguh. 

Oke teman-teman sekin dulu , semoga bermanfaat dan semoga kita bisa mengamalkannya ^^

Sumber : http://insistnet.com
Read more »»  

PENDIDIKAN KARAKTER

Oleh : Prof . Suyanto Ph.D.

Karakter adalah cara berpikir dan berperilaku yang menjadi ciri khas tiap individu untuk hidup dan bekerjasama, baik dalam lingkup keluarga, masyarakat, bangsa dan negara. Individu yang berkarakter baik adalah individu yang bisa membuat keputusan dan siap mempertanggungjawabkan tiap akibat dari keputusan yang ia buat.

Pembentukan karakter merupakan salah satu tujuan pendidikan nasional. Pasal I UU Sisdiknas tahun 2003 menyatakan bahwa di antara tujuan pendidikan nasional adalah mengembangkan potensi peserta didik untuk memiliki kecerdasan, kepribadian dan akhlak mulia.

Amanah UU Sisdiknas tahun 2003 itu bermaksud agar pendidikan tidak hanya membentuk insan Indonesia yang cerdas, namun juga berkepribadian atau berkarakter, sehingga nantinya akan lahir generasi bangsa yang tumbuh berkembang dengan karakter yang bernafas nilai-nilai luhur bangsa serta agama.

Pendidikan yang bertujuan melahirkan insan cerdas dan berkarakter kuat itu, juga pernah dikatakan Dr. Martin Luther King, yakni; intelligence plus character... that is the goal of true education (kecerdasan yang berkarakter... adalah tujuan akhir pendidikan yang sebenarnya).

  • Memahami Pendidikan Karakter
Pendidikan karakter adalah pendidikan budi pekerti plus, yaitu yang melibatkan aspek pengetahuan (cognitive), perasaan (feeling), dan tindakan (action). Menurut Thomas Lickona, tanpa ketiga aspek ini, maka pendidikan karakter tidak akan efektif.

Dengan pendidikan karakter yang diterapkan secara sistematis dan berkelanjutan, seorang anak akan menjadi cerdas emosinya. Kecerdasan emosi ini adalah bekal penting dalam mempersiapkan anak menyongsong masa depan, karena seseorang akan lebih mudah dan berhasil menghadapi segala macam tantangan kehidupan, termasuk tantangan untuk berhasil secara akademis.

Terdapat sembilan pilar karakter yang berasal dari nilai-nilai luhur universal, yaitu:
  1. Karakter cinta Tuhan dan segenap ciptaan-Nya
  2. Kemandirian dan tanggungjawab
  3. Kejujuran/amanah, diplomatis
  4. Hormat dan santun
  5. Dermawan, suka tolong-menolong dan gotong royong/kerjasama
  6. Percaya diri dan pekerja keras
  7. Kepemimpinan dan keadilan
  8. Baik dan rendah hati
  9. Karakter toleransi, kedamaian, dan kesatuan

Kesembilan pilar karakter itu, diajarkan secara sistematis dalam model pendidikan holistik menggunakan metode knowing the good, feeling the good, dan acting the good. Knowing the good bisa mudah diajarkan sebab pengetahuan bersifat kognitif saja. Setelah knowing the good harus ditumbuhkan feeling loving the good, yakni bagaimana merasakan dan mencintai kebajikan menjadi engine yang bisa membuat orang senantiasa mau berbuat sesuatu kebaikan. Sehingga tumbuh kesadaran bahwa, orang mau melakukan perilaku kebajikan karena dia cinta dengan perilaku kebajikan itu. Setelah terbiasa melakukan kebajikan, maka acting the good itu berubah menjadi kebiasaan.

Dasar pendidikan karakter ini, sebaiknya diterapkan sejak usia kanak-kanak atau yang biasa disebut para ahli psikologi sebagai usia emas (golden age), karena usia ini terbukti sangat menentukan kemampuan anak dalam mengembangkan potensinya. Hasil penelitian menunjukkan bahwa sekitar 50% variabilitas kecerdasan orang dewasa sudah terjadi ketika anak berusia 4 tahun. Peningkatan 30% berikutnya terjadi pada usia 8 tahun, dan 20% sisanya pada pertengahan atau akhir dasawarsa kedua. Dari sini, sudah sepatutnya pendidikan karakter dimulai dari dalam keluarga, yang merupakan lingkungan pertama bagi pertumbuhan karakter anak.

Namun bagi sebagian keluarga, barangkali proses pendidikan karakter yang sistematis di atas sangat sulit, terutama bagi sebagian orang tua yang terjebak pada rutinitas yang padat. Karena itu, seyogyanya pendidikan karakter juga perlu diberikan saat anak-anak masuk dalam lingkungan sekolah, terutama sejak play group dan taman kanak-kanak. Di sinilah peran guru, yang dalam filosofi Jawa disebut digugu lan ditiru, dipertaruhkan. Karena guru adalah ujung tombak di kelas, yang berhadapan langsung dengan peserta didik.

  •  Dampak Pendidikan Karakter
Apa dampak pendidikan karakter terhadap keberhasilan akademik? Beberapa penelitian bermunculan untuk menjawab pertanyaan ini. Ringkasan dari beberapa penemuan penting mengenai hal ini diterbitkan oleh sebuah buletin, Character Educator, yang diterbitkan oleh Character Education Partnership.

Dalam buletin tersebut diuraikan bahwa hasil studi Dr. Marvin Berkowitz dari University of Missouri- St. Louis, menunjukan peningkatan motivasi siswa sekolah dalam meraih prestasi akademik pada sekolah-sekolah yang menerapkan pendidikan karakter. Kelas-kelas yang secara komprehensif terlibat dalam pendidikan karakter menunjukkan adanya penurunan drastis pada perilaku negatif siswa yang dapat menghambat keberhasilan akademik.

Sebuah buku yang berjudul Emotional Intelligence and School Success (Joseph Zins, et.al, 2001) mengkompilasikan berbagai hasil penelitian tentang pengaruh positif kecerdasan emosi anak terhadap keberhasilan di sekolah. Dikatakan bahwa ada sederet faktor-faktor resiko penyebab kegagalan anak di sekolah. Faktor-faktor resiko yang disebutkan ternyata bukan terletak pada kecerdasan otak, tetapi pada karakter, yaitu rasa percaya diri, kemampuan bekerja sama, kemampuan bergaul, kemampuan berkonsentrasi, rasa empati, dan kemampuan berkomunikasi.

Hal itu sesuai dengan pendapat Daniel Goleman tentang keberhasilan seseorang di masyarakat, ternyata 80 persen dipengaruhi oleh kecerdasan emosi, dan hanya 20 persen ditentukan oleh kecerdasan otak (IQ). Anak-anak yang mempunyai masalah dalam kecerdasan emosinya, akan mengalami kesulitan belajar, bergaul dan tidak dapat mengontrol emosinya. Anak-anak yang bermasalah ini sudah dapat dilihat sejak usia pra-sekolah, dan kalau tidak ditangani akan terbawa sampai usia dewasa. Sebaliknya para remaja yang berkarakter akan terhindar dari masalah-masalah umum yang dihadapi oleh remaja seperti kenakalan, tawuran, narkoba, miras, perilaku seks bebas, dan sebagainya.

Beberapa negara yang telah menerapkan pendidikan karakter sejak pendidikan dasar di antaranya adalah; Amerika Serikat, Jepang, Cina, dan Korea. Hasil penelitian di negara-negara ini menyatakan bahwa implementasi pendidikan karakter yang tersusun secara sistematis berdampak positif pada pencapaian akademis.

Seiring sosialisasi tentang relevansi pendidikan karakter ini, semoga dalam waktu dekat tiap sekolah bisa segera menerapkannya, agar nantinya lahir generasi bangsa yang selain cerdas juga berkarakter sesuai nilai-nilai luhur bangsa dan agama.

Sumber : http://www.mandikdasmen.depdiknas.go.id
Read more »»  

Jumat, 22 Februari 2013

PENDIDIKAN , Pengertian , Tujuan , Faktor

PENDIDIKAN adalah segala upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain baik individu, kelompok, atau masyarakat sehingga mereka melakukan apa yang diharapkan oleh pelaku pendidikan. (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)

Definisi pendidikan - Pendidikan adalah proses pengubahan sikap dan tatalaku seseorang atau kelompok orang dalam usaha mendewasakan manusia melalui upaya pengajaran dan pelatihan, proses, cara, perbuatan mendidik.  (Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. 2002 : 263)

PENDIDIKAN adalah  usaha sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan  proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa dan negara. (UU RI No.  20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional, pasal 1) 

Unsur-unsur Pendidikan 
  1. Input - Sasaran pendidikan, yaitu : individu, kelompok, masyarakat 
  2. Pendidik - pelaku pendidikan , misal Guru
  3. Proses - upaya yang direncanakan untuk mempengaruhi orang lain
  4. Output -  melakukan apa yang diharapkan / perilaku (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 16)  

Tujuan Pendidikan 
  1. Menanamkan pengetahuan / pengertian, pendapat dan konsep-konsep
  2. Mengubah sikap dan persepsi  
  3. Menanamkan tingkah laku / kebiasaan yang baru  (Soekidjo Notoatmodjo. 2003 : 68)
Menurut UU RI No. 20 Tahun 2003, jalur pendidikan dibagi menjadi :
  1.  Jalur Formal

    • Pendidikan Dasar
      Pendidikan dasar berbentuk  Sekolah Dasar (SD) dan Madrasah Ibtidaiyah atau bentuk lain yang sederajat serta Sekolah Menengah Pertama (SMP) dan Madrasah Tsanawiyah (MTs) atau bentuk lain yang sederajat.
    • Pendidikan Menengah
      Pendidikan menengah terdiri  atas pendidikan menengah umum dan pendidikan menengah jurusan, seperti : SMA, MA, SMK, MAK atau bentuk lain yang sederajat
    • Pendidikan Tinggi
      Pendidikan tinggi dapat berbentuk akademi, politeknik, sekolah tinggi, institut dan universitas
  2. Jalur Nonformal
  3. Jalur Informal 
Faktor yang Mempengaruhi Pendidikan
Faktor yang mempengaruhi pendidikan menurut Hasbullah (2001) adalah sebagai berikut :
  1. Ideologi
    Semua manusia dilahirkan ke dunia mempunyai hak yang sama khususnya hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan dan pendidikan.
  2. Sosial Ekonomi
    Semakin tinggi tingkat sosial ekonomi memungkinkan seseorang mencapai tingkat pendidikan yang lebih tinggi.
  3. Sosial Budaya
    Masih banyak orang tua yang kurang menyadari akan pentingnya pendidikan formal bagi anak-anaknya.
  4. Perkembangan IPTEK
    Perkembangan IPTEK menuntut untuk selalu memperbaharui pengetahuan dan keterampilan agar tidak kalah dengan negara maju.
  5. Psikologi
    Konseptual pendidikan merupakan alat untuk mengembangkan kepribadian individu agar lebih bernilai.


    Soekidjo Notoatmodjo. (2003). Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : PT Rineka Cipta.

    Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional. (2002).  Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta : Balai Pustaka.

    http://www.sarjanaku.com/2012/12/pengertian-pendidikan-menurut-para-ahli.html 
Read more »»  

Kemiskinan Masih "SELIMUTI" Indonesia

Pada postingan kali ini,saya akan membahas tentang kemiskinan yang dihadapi oleh indonesia,hal yang saya bahas kali ini tentang penyebab dan dampak dari kemiskinan yang ada di Indonesia.

Berdasarkan sumber yang saya ambil dari wikipedia, Kemiskinan adalah "keadaan dimana terjadi ketidakmampuan untuk memenuhi kebutuhan dasar seperti makanan , pakaian , tempat berlindung, pendidikan, dan kesehatan. Kemiskinan dapat disebabkan oleh kelangkaan alat pemenuh kebutuhan dasar, ataupun sulitnya akses terhadap pendidikan dan pekerjaan. Kemiskinan merupakan masalah global. Sebagian orang memahami istilah ini secara subyektif dan komparatif, sementara yang lainnya melihatnya dari segi moral dan evaluatif, dan yang lainnya lagi memahaminya dari sudut ilmiah yang telah mapan.nah itu adalah definisi singkat dari kemiskinan,lalu bagaimana kemiskinan di negara kita Indonesia,berdasarkan data dari www.bps.go.id angka kemiskinan di Indonesia mencapai angka  32,53 juta penduduk atau sekitar 14,15 % dari seluruh jumlah penduduk indonesia, kedengarannya cukup ironis memang, di tanah indonesia yang subur dan terdapat berbagai kekayaan alam, mengapa rakyat miskin begitu banyak. Menurut saya, ada beberapa hal yang menyebabkan kemiskinan yang melanda di indonesia antara lain :
  1. Kualitas sumber daya manusia itu sendiri
    Seorang manusia tidak akan menjadi miskin jika memiliki kualitas yang baik,memiliki skill,pendidikan yang bagus dan hal lain yang akan membuatnya menjadi seseorang yang dibutuhkan dan mempunyai kemampuan,dan di Indonesia permasalahan pendidikan belum teratasi sepenuhnya,walaupun anggaran untuk pendidikan sudah dinaikan tapi tetap saja masalah pendidikan masih belum bisa diatasi secara keseluruhan,hal inilah yang menyebabkan masih banyak penduduk indonesia yang tidak memiliki kualitas pendidikan bagus,maka dari itu bagaimana mau memiliki kualitas sumber manusia yang bagus jika manusianya tidak memiliki pendidikan yang bagus.lalu bagaimana pula mau mengolah kekayaan alam yang begitu melimpah ini jika SDM nya sendiri tidak mampu mengolahnya secara maksimal.
  2. Sistem pemerintahan di Indonesia yang masih belum maksimal
    Salah satu penyebab lainnya dari kemiskinan adalah dari sitem pemerintahannya,karena jika suatu sistem pemerintahan bekerja dengan maksimal,maka pemerataan kesejahteraan rakyatnyapun akan tinggi,baik itu dari pendapatan rata-ratanya,kualitas pendidikannya dan hal lain yang merupakan faktor penentu kesejahteraan itu sendiri,lalu bagaimana dengan di Indonesia,mungkin kita semua sudah tahu bagaimana sistem pemerintahan yang ada di Indonesia,memang semua kebijakannya terdengar bagus dan dirasa dapat menanggulangi masalah kemiskinan ini,tapi dalam kenyataannya apakah seluruh kebijakan itu dapat diwujudkan,kalu menurut saya belum,mengapa? Ya karena angka kemiskinan itu masih tinggi,lalu kenapa angka kemiskinan masih tinggi,padahal pemerintah telah membuat berbagai kebijakan untuk menanggulangi kemiskinan..?,,berati hal ini disebabkan karena sistem pemerintahannya belum maksimal..,nah akan munsul lagi pertanyaan mengapa pemerintahannya belum maksimal??,karena banyak dari oknum-oknum pemerintahan itu sendiri yang tidak memberi kinerja secara baik,bahkan melakukan tindakan kriminal seperti korupsi,yang membuat anggaran untuk menanggulangi kemiskinan tidak terealisasi secara maksimal,belum lagi kinerja DPR kita yang akhir-akhir ini melakukan hal-hal kontroversial yang dirasa tidak perlu oleh masyarakat,padahal DPR adalah lembaga legislatif yang sangat berpengaruh terhadap pemerintahan di Indonesia.
  3. Pengangguran
    Salah satu hal yang juga menyebabkan kemiskinan adalah pengangguran,tentu saja seseorang bisa menjadi miskin jika dia tidak mampu menghasilkan sesuatu untuk memenuhi kebutuhan hidupnya,dan tingkat pengangguran di Indonesia bisa dibilang cukup tinggi,berikut kutipan dari http://www.depoknews.com

    Jumlah pengangguran di Indonesia masih tinggi. Hal itu terjadi karena terbatasnya kesempatan kerja dan rendahnya sumber daya manusia. Dari data BPS Sakernas menyebutkan bahwa Agustus 2012 tercatat 7,24 juta pengangguran atau 6,24 persen tenaga dari jumlah angkatan kerja. Kemudian disebutkan juga angkatan kerja yang bekerja di bawah 35 jam jumlahnya mencapai 34,29 juta atau 30,95 persen dari angkatan kerja yang bekerja.
    “Tantangan terbesar yang dihadapi sektor ketenagakerjaan saat ini adalah relatif tingginya jumlah penganggur terbuka. Ini terjadi karena minimnya kesempatan kerja dan rendahnya kualitas SDM kita,” kata Dirjen Pembinaan dan Penempatan Tenaga Kerja Kementerian Tenaga Kerja dan Transmigrasi, Reyna Usman saat membuka  UI Career dan Scholarship Expo XV 2013, 21-23 Februari 2013, di Balairung UI, Kamis (21/2/13).
    Reyna menambahkan bahwa permasalahan ketenagakerjaan lain yang perlu mendapat perhatian adalah globalisasi arus barang dan jasa yang memungkinkan masuknya tenaga kerja asing.
    Untuk mengantisipasi  globalisasi tersebut, maka diperlukan  peningkatan daya saing khususnya tenaga kerja Indonesia.
    Menurut Reyna, pembangunan ketenagakerjaan dapat dilakukan dengan penetapan lima pilar. Lima pilar itu adalah informasi dan layanan ketenagakerjaan, peningkatan keterampilan dan kapasitas angkatan kerja, pengembangan UMKM dan kewirausahaan, program padat karya dan infrastruktur serta program darurat penciptaan penciptaan lapangan kerja.
    “UI Career dan Scholarship Expo merupakan langkah strategis dalam mendukung pilar pembangunan ketenagakerjaan. Nah, informasi dan layanan ketenagakerjaan untuk menyelesaian masalah ketenagakerjaan saat ini,” tandasnya.
    (Akbar)
selanjutnya,  saya akan menjelaskan sedikit tentang dampak dari kemiskinan,dampak kemiskinan antara lain :
  1. Kriminalitas
    salahsatu faktor terjadinya kriminalitas adalah kemiskinan,mengapa..?? karena saat seseorang tidak mempunyai penghasilan sementara dia harus memenuhi kebutuhan hidupnya,maka ia akan melakukan berbagai hal termasuk tindakan kriminal,seperti pencurian,perampokan bahkan hingga pembunuhan.

  2. Tingkat pendidikan rendah
    dampak lain dari kemiskinan yaitu tingkat pendidikan yang rendah,hal ini dikarenakan pendidikan itu membutuhkan biaya yang tidak sedikit,dan pasti akan menyulitkan rakyat miskin,walaupun pemerintah sudah memberikan berbagai bantuan bahkan hingga pendidikan gratis dari sd hingga sltp hingga saat ini,tapi tetap saja belum memaksimalkan pendidikan untuk kalangan miskin,dan hal ini akan terus berdampak pada meningkatnya kemiskinan jika tingkat pendidikan tetap rendah.

  3. Tingkat kesehatan rendah dan meningkatnya angka kematian
    Kemiskinan juga menyebabkan rendahnya tingkat kesehatan sehingga membuat tingginya angka kematian,hal ini dikarenakan biaya untuk kesehatan,sebagaimana slogan "sehat itu mahal" memang benar slogan tersebut, sehingga masyarakat miskin akan merasakan betapa beratnya biaya rumah sakit,sehingga mereka tidak bisa berobat kerumah sakit dikarenakan faktor biaya.,selain itu kemiskinan juga menyebabkan buruknya kesehatan pada bayi dan balita yang membutuhka banyak asupan gizi,sedangkan orang tua mereka tidak mempunyai materi yang cukup untuk memenuhi hal tersebut,sehingga banyak terdapat bayi yang lahir cacat karena kurangnya asupan giza saat dalam kandungan..,serta banyak balita hingga anak usia pertumbuhan terkena busung lapar,dikarenaka tidak memadainya asupan makanan mereka,tentu saja kita sudah tahu tentang hal ini dari berita-berita di media massa.
Itu hanya sebagian saja dari banyaknya dampak yang disebabkan kemiskinan, mudah-mudahan pembaca dapat tergugah agar lebih rajin sekolah, kuliah ataupun yang sudah kerja untuk mendapatkan kesejahteraan dalam menjalani hidup ini.
Read more »»  

JELEK JELEK JUGA NEGERI SENDIRI

Oleh : Ahmad Tohari

Agak lama tidak kelihatan, Jumat kemarin Abul Khair muncul di masjid kami.
Katanya, dia sengaja bergabung shalat Jumat di masjid kami karena dia ingin
bicara dengan Fadli, U-un dan saya. Abul Khair sudah seumur saya, hampir
enampuluhan. Sementara Fadli dan U-un masih muda, mereka baru punya anak
satu. Satu hal lagi Abul Khair punya anak yang dulu teman sekelas di
Sekolah Dasar. Begitulah selesai shalat Jumat kami diminta duduk di serambi
masjid.


"Saya mau minta pendapat kalian soal anak saya," Abul Khair mulai. "Anak
saya yang sedang menempuh pendidikan di di luar negeri, kemarin pulang
cuti. Nah, dia mengajukan sebuah persoalan yang saya sendiri tidak bisa
menjawab dengan tuntas."


Abul Khair berhenti bicara dan Fadli, U-un dan saya tetap menanti. Abul
Khair memang hebat. Meskipun hanya seorang pedagang pasar namun
anak-anaknya cerdas. Salah seorang di antara mereka mendapat beasiswa untuk
belajar ilmu teknik di luar negeri.
"Anakmu si Hasyim itu? Kenapa dia?" tanya saya.
"Dia minta izin saya untuk tidak pulang ke Tanah Air setelah sekolahnya
tamat nanti."
"Nah, pasti Hasyin kecantol gadis bule. Iya kan?" Tanya Fadli.
"Saya tidak tahu. Tapi alasan yang dikatakan kepada saya bukan itu. Dia
ingin bekerja di sana karena sudah ada perusahaan yang menjamin akan
menerima. Dan nanti kalau lulusnya cum laud, katanya, dia mudah pindah
menjadi warga negara sana."
"Antum sendiri bagaimana? Sudah memberinya izin?" tanya saya.
"Belum. Saya minta waktu untuk berfikir."


Abul Khair menceritakan lebih jauh alasan mengapa anaknya ingin menetap di
luar negeri. Menurut Abul Khair, sebenarnya Hasyim ingin hidup dan bekerja
di negeri sendiri, sama seperti keinginan kebanyakan pemuda Indonesia yang
sedang belajar di negeri orang. Namun Hasyim kurang yakin apakah dia bisa
mengembangkan diri secara optimal di negerinya sendiri; apakah dia bisa
menjadi profesional yang sebenarnya bila peraturan-peraturannya di negeri
ini tidak efektif; apakah keahliannya dan kejujurannya mendapat tempat yang
layak di tengah masyarakat yang sedang mengalami krisis moral yang akut.
Hasyim merasa jawaban atas semua pertanyaan itu cenderng negatif.
"Yang penting, saya bisa berkembang menjadi manusia yang bermanfaat, tak
peduli di negara mana saya hidup," Abul Khair menirukan kata-kata Hsyim.
"Dan komentar antum?" tanya saya.


"Saya bilang, desamu, negerimu, sangat membutuhkan keahlianmu. Kamu lahir
dan dibesarkan di Indonesia. Apakah kamu tidak merasa wajib berterima kasih
kepada pertiwi? Tapi dia jawab begini: Itu kuno, Ayah. Sekarang dunia sudah
menjadi satu dan dunia memang hanya satu. Pikiran Ayah yang romantis itu
sudah ketinggalan zaman. Begitu dia bilang. Dan karena saya kewalahan, saya
minta waktu untuk berfikir sebelum menolak atau menerima permintaannya."


"Omongan Mas Hasyim itu benar," U-un ikut bicara. "Ya, buat apa mencintai
negeri sendiri kalau di sini orang yang mau bekerja dengan sungguh-sungguh
malah sulit berkembang, orang yang jujur dianggap bloon. Orang yang mau
menempuh jalan benar dianggap aneh karena jalan pintas sudah menjadi barang
biasa."


"Ah, kamu jangan begitu, Un." Potong Fadli. "Kamu tidak penah mendengar
hubbul wathan minal iman?
Cinta Tanah Air adalah sebagian dari iman."
"Jangan pakai dalil itu. Banyak orang bilang itu hadits politik. Coba pakai
dalil lain." Tantang U-un.
"E, kamu mengajak berdebat ya. Saya tidak mau. Tapi kalau kamu tidak
keberatan, coba jawab pertanyaan saya ini; Apakah kelahiran kita sebagai
orang Indonesia merupakan takdir?"
"Ya, karena kita tidak bisa memilih mau lahir di mana dan sebagai bagian
dari bangsa apa."
"Apakah kamu percaya kelahiran kita di bumi Indonesia, bukan di tempat
lain, adalah bagian dari rencana besar Allah?"
"Ya, saya percaya."
"Dan satu lagi; apakah karena dua hal tersebut maka ada kewajiban alamiah
yang harus kita tunaikan di tempat kelahiran kita?"
"Wah, saya terpojok nih. Yah kamu betul." Jawab U-un sambil tertawa."
"Kalau begitu, terimalah takdir itu dengan segala konsekuensinya.
Sekarang bangsa kita masih serba terbelakang, malah saat ini sedang rusak
parah. Maka jangan malah ditinggal lari. Hasyim punya keahlian dan mental
baik. Jadi dia punya kewajiban ikut memperbaiki keadaan."
Meskipun Fadli berbicara samblil menatap U-un, namun Abul Khair yang merasa
paling berkepentingan dengan penjelasan itu."
"E, saya malah mendapat pengetahuan dari anak muda. Terima kasih Fad.
Sekarang saya sudah punya ketegasan, tidak akan memberi izin kepada Hasyim
untuk menetap di luar negeri setelah dia selesai sekolah di sana.


Kamu benar, Hasyim punya kewajiban yang bersifat alamiah terhadap tempat
dan masyarakat tempat dilahirkan. Kecuali dia teraniaya dan dirampas
hak-haknya di negerinya sendiri. Maka dia boleh bahkan punya hak untuk
pergi untuk hidup di manapun yang dia sukai."
"Benar, Fad. Pikiranmu mungkin akan menyelamatkan Hasyim dari sikap
mementingkan diri sendiri. Bangsa ini memang butuh banyak sekali anak
seperti dia; cerdas, mau bekerja dan jujur."
Abul Khair tersenyum, lalu pulang setelah menyalami kami.
"Dia ayah yang beruntung, dan anaknya harus pulang. Jelek seperti apapun,
ini negeri sendiri." kata Fadli. Saya dan U-un mengiyakan bersama-sama.

Read more »»  

Kamis, 21 Februari 2013

TEORI ASAL USUL KEHIDUPAN DAN PEMBUKTIANNYA

Salah satu pertanyaan mendasar dalam dunia sains yang sampai saat ini belum terjawab dengan memuaskan adalah pertanyaan-pertanyaan :
dari mana kehidupan bermula ? “, “ dari apa kehidupan berasal ?”.
Pertanyaan-pertanyaan tersebut selalu mengusik pikiran para ilmuwan bahkan hingga hari ini. Pengetahuan dan keyakinan manusia tentang asal mula kehidupan memang masih „mengambang“.
Dalam sejarah perkembangan ilmu pengetahuan, setelah melalui berbagai kajian atas fakta-fakta di alam muncullah beberapa ilmuwan dengan teori-teorinya masing-masing sebagai jawaban atas pertanyaan tersebut.
Berikut ini adalah beberapa teori tentang asal usul kehidupan dan pembuktian ilmiahnya. :
  1. Teori Penciptaan
Isi : bumi beserta isinya ( termasuk  mahkluk hidup di dalamnya ) diciptakan oleh zat Maha Pencipta ( Tuhan )
Pembuktian : Tidak ada percobaan dan bukti ilmiah, hanya dijelaskan dalam beberapa Kitab Suci seperti manusia pertama ( Adam A.S. ) diciptakan oleh Tuhan dari tanah. Tuhan menghidupkan bumi setelah matinya dengan air hujan, manusia kesua ( Siti Hawa ) diciptakan Tuhan dari tulang rusuk Adam.
  1. Teori Abiogenesis ( Generatio Spontanea )
Isi : Mahkluk hidup berasal dari mahkluk tak hidup/ benda mati secara spontan
Tokoh :  Aristoteles ( 384-322 SM ), John Needham, Antonie Van Leuwenhoek
Pembuktian : A.V. Leuwenhoek mengamati air rendaman jerami menggunakan mikroskup sederhana. Hasilnya : ditemukan mikroorganisme / protozoa di dalam air rendaman jerami
  1. Teori Biogenesis
Isi : mahkluk hidup berasal dari mahkluk hidup yang sudah ada
Tokoh : Fransisco Redi, Lazaro Spallanzani, Louis Pasteur
Pembuktian :
a.       Percobaan Fransisco Redi (1688) :
NO
Perlakuan
Hasil
1.
Stoples I : diisi daging rebus, dibiarkan terbuka tanpa penutup
ada belatung pd daging

2.
Stoples II : diisi daging rebus, ditutup dengan rapat
tidak ada belatung pada daging
     Simpulan : belatung bersal dr telur lalat yang hinggap pd daging rebus

b. Percobaan Lazaro Spallanzani (1750) :
NO
Perlakuan
Hasil
1.
Labu I : air kaldu tdk dipanaskan , ditutup rapat
kaldu menjadi keruh ( ada kehidupan )

2.
Labu II : air kaldu dipanaskan, tidak ditutup
kaldu menjadi keruh ( ada kehidupan )

3.
Labu III : air kaldu dipanaskan, ditutup rapat
air kaldu tetap jernih/tidak ada kehidupan

Kesimpulan :
Di dalam air kaldu sudah terdapat „bibit“ organisme. Ketika dipanaskan „bibit’ mati, ketika dingin dan terbuka „bibit“ dari udara masuk kembali. Jika ditutup rapat tdk memungkinkan „bibit“ masuk.
c.       Percobaan Louis Pasteur ( 1863 ).

NO
Perlakuan
Hasil
1.
Pertama : air kaldu dimasukkan ke dalam labu, dipanaskan sampai mendidih, ditutup dg tutup pipa berbentuk huruf S / leher angsa
Setelah beberapa hari : Air kaldu tetap jernih

2.
Kedua : tutup pipa berbentuk huruf S / leher angsa di patahkan
Setelah beberapa hari : air kaldu menjadi keruh / ada kehidupan
Kesimpulan : air kaldu tetap jernih karena udara luar tdk dapat masuk ke dalam labu yang berisi air kaldu.
Mengemukakan : „ omne vivum ex vivo „
  1. Teori evolusi Kimia ( Neoabiogenesis )
Isi : kehidupan berasal dari reaksi kimia gas-gas ( metana , amonia, hidrogen dan uap air ) yang ada di atmosfer purba dengan bantuan energi halilintar membentuk molekulmolekul organik yang akan menjadi penyusun tubuh mahkluk hidup.
Tokoh : Harold Urey, Stanley Miller
Pembuktian :
Percobaan Stanley Miler
NO
Perlakuan
Hasil
1.
Gas-gas : metana, uap air, ammonia dan hydrogen dicampur dalam sebuah perangkat percobaan, diberi aliran listrik tegangan tinggi
Terbentuk senyawa organik : asam amino

Kesimpulan : asam amino yang merupakan bahan dasar pembentuk protein penyusun tubuh mahkluk hidup terbentuk melalui reaksi kimia.

  1. Teori Evolusi Biologi
Isi : kehidupan berasal dari zat anorganik yang dikonversi menjadi senyawa organik yang membentuk „organisme“ bersel tunggal. Selanjutnya „organisme“ berselt tunggal tersebut mengalami perubahan evolutif menjadi berbagai mahkluk hidup seperti sekarang.
Tokoh : Oparin
Pembuktian : belum ada percobaan yang membuktikan pandangan teori ini. Beberapa fakta di alam mendukung adanya evolusi pada mahkluk hidup sebagai mana dikemukakan oelh para penggagas teori evolusi seperti C.R. Darwin.
Read more »»  

Rabu, 20 Februari 2013

Keunikan Aktivitas Janin di Perut sang Ibu



Bayi dalam kandungan ketika belum terlahir sebenarnya disebut janin. Saat sudah dilahirkan maka berubah sebutannya menjadi bayi.  Namun,  kita sering menyebutnya bayi meskipun belum lahir. Janin dalam kandungan merupakan suatu pribadi yang baru atau persona yang memiliki keunikan dan keajaiban tersendiri dalam aktivitas kehidupan dalam rahim (intra uterin).

Menarik sekali jika kita memperhatikan gerak gerik sang janin dalam kandungan melalui layar monitor ultrasonografi.  Apa saja aktivitas sang janin dalam kandungan?

1. Apakah  selama dalam kandungan janin sudah bisa mendengar?

Memasuki usia kehamilan enam bulan atau  24 minggu janin mampu mendengar. Lalu apa yang didengarnya? Segala aktivitas dalam tubuh ibu menjadi irama nada indah bagi janin. Sambil berbaring nyaman dalam rahim, sang janin mendengar detak  jantung ibu, suara bising usus, dan berbagai macam suara saat ia bermain air ketuban. Bagi ibu hamil, disarankan untuk memberikan rangsangan positif dari  luar tubuhnya dan menjaga setiap ucapan, hindari pertengkaran dan suara keras antara suami istri. Agar janin tidak mengalami stres.

2. Kapan Janin suka menghisap dan mencecap rasa?

Bila dilihat pada layar monitor, pada janin usia 16 minggu  janin sudah mulai berpetualang dengan kemampuannya untuk mencecap rasa air ketuban dan mulutnya melakukan gerakan menghisap. Kecerdasan awal bagi janin dalam menikmati sensasi rasa mulai berkembang.

3. Kapan janin peka terhadap cahaya dari luar?

Usia empat bulan  janin sudah peka terhadap cahaya. Meskipun suasana rahim gelap, janin mampu membedakan terang saat ada rangsang cahaya dari luar tubuh ibunya. Para peneliti mencoba merangsang mata janin dengan memberikan sorot cahaya dengan menyinari perut sang ibu, dan tampak mata janin mengerjap saat cahaya diarahkan ke wajahnya.

4. Kapan janin bisa bisa menggunakan indra peraba?

Pada usia kehamilan 4- 5 bulan janin sudah mulai bisa merasakan sensasi pada permukaan tubuh dan kulitnya. Bila disentuh pada bibirnya janin dapat melakukan gerakan membuka bibir dan seolah menghisap. Bila disentuh pada telapak tangannya janin akan bereaksi menggenggam.

5. Apa yang janin lakukan bila mengalami ketegangan atau stres dalam rahim?

Bila seorang ibu hamil mengalami ketegangan mental dan tekanan psikologis selama kehamilan, maka janin dalam kandungan dapat terpengaruh. Janin melakukan gerakan berlebihan, mudah timbul his atau kram yang disebut dengan kontraksi pada rahim ibu. Bahkan dapat berpotensi terjadinya persalinan prematur maupun ketuban pecah sebelum waktunya. Janin juga bisa mengeluarkan tinja dalam kandungan dan mengotori air ketuban.

Apa yang harus diperhatikan ibu hamil untuk kebaikan sang janin dalam rahim ?

  1. Menerima dengan ihklas semua perubahan tubuh, suka duka saat menjalani kehamilan.
  2. Menjaga kesehatan dan kebugaran tubuh dengan kegiatan yang tidak melelahkan.
  3. Menjaga asupan makanan bergizi bagi pertumbuhan janin dalam kandungan.
  4. Menjaga suasana hati dan pikiran yang tenang sejak bayi dinyatakan hamil.
  5. Menjaga hubungan harmonis antara suami dan istri, hindari kekerasan dalam rumah tangga.
  6. Memberikan rangsangan musik yang lembut pada dinding perut ibu, lantunan doa, dan suami istri sering menstimulasi bayi, menyentuh perut ibu dengan usapan lembut sambil mengajak bicara janin  dalam kandungan.
Read more »»